Kamis, 12 Maret 2015

Kesehatan Mental



A.    Sejarah Kesehatan mental
Memahami konsep kesehatan kita tidak pernah lupa dan tidak pernah dapat dilepaskan dari pengaruh sejarah dan kemajuan kebudayaan. Sepanjang sejarah makna sehat dan sakit ternyata sangat dipengaruhi dengan peradaban.
Budaya barat dan timur ternyata memiliki perbedaan yang mendasar mengenai konsep sehat dan sakit. Perbedaan ini kemudian mempengaruhi sistem pengobatan di kedua kebudayaan. Akibatnya,pandangan mengenai kesehatan mental juga berbeda. Namun dengan kemajuan teknologi dan komunikasi yang membuat relasi antar manusia semakin meng-global, pertemuan kebudayaan ini tidak lagi dapat dihindari sehingga sekarang ini ditemui berbagai cara penanganan kesehatan yang mencoba mengintegrasikan system pengobatan antara kedua kebudayaan.
Sejarah kesehatan mental tidaklah sejelas sejarah ilmu kedokteran.terutama pada masalah mental seseorang bukan merupakan fisik seseorang  yang bisa diamati dan terlihat. Berbeda dengan gangguan fisik yang dapat dengan relatif mudah dideteksi, orang yang mengalami gangguan kesehatan mental paling sering sekli yang tidak terdeksi, di karenakan hal ini karena mereka sehari – hari hidup bersama sehingga tingkah laku – tingkah laku yang mengindikasikan gangguan mental, dianggap hal yang biasa, bukan sebagai gangguan.
Krisis kesehatan mental yang saat ini belum begitu mendapat perhatian yang serius .tingkat pendidikan yang beragam dan terbatasnya ilmu pengetahuan mengenai perilaku manusia turut membawa dampak kurangnya kepekaan masyarakat terhadap anggotanya yang mestinya mendapatkan pertolongan dibidang kesehatan mental. Oleh karena itu, kita bisa mengetahui mengenai sejarah perkembangan kesehatan mental, terutama di amerika dan eropa. Semoga uraian sejarah berikut dapat menjadisebuah referensi berbagai pandangan mengenai kesehatan mental yang saat ini ada diindonesia.
a.      Konsep Barat & Timur
Model kesehatan Barat yaitu model biomedis atau yang sering disebut sebagai model medis (Joesoef,1990; Freud, 1991, Helman, 1990, Tamm,1993), model Psikiatris (Helman,1990), dan model psikosomatis (Tamm,1993). Model kesehatan Timur umumnya disebut model kesehatan holistic (Joesoef,1990) yang menekankan pada keseimbangan (Helman,1990)
Model biomedis adalah berakar jauh pada pengobatan tradisional Yunani. Pengobatan ini dipengaruhi oleh filosofi Yunani, terutama dari pemikiran plato dan Aristoteles yang bersifat abstrak dan sistematis serta dijalankan rasional dan logis.
Model biomedis (Freud,1991) memiliki 5 asumsi. Asumsi pertama adalah bahwa terdapat perbedaan yang nyata antara tubuh dan jiwa sehingga penyakit diyakini berada pada suatu bagian tubuh tertentu. Asumsi kedua adalah bahwa penyajit dapat direduksi pada gangguan fungsi tubuh, entar secara biokimia atau neurofisiologis. Asumsi ketiga adalah keyakinan bahwa setiap penyakit disebabkan oleh suatu agen khusus yang secara potensial dapat didefinisikan. Asumsi keempat adalah melihat tubuh sebagai suatu mesin. Asumsi kelima adalah konsep bahwa tubuh adalah objek yang perlu diatur dan dikontrol.
Model psikiatris (Helman,1990), sebenarnya masih berkaitan dengan model biomedis. Model ini pada dasarnya masih mendasarkan diri pada pencarian bukti-bukti fisik dari suatu penyakit dan penggunaan treatmen fisik (obat-obatan atau pembedahan) untuk mengoreksi abnormalitas.
Model psikosomatis (Tamm,1993), merupan model yang muncul kemudian karena adanya ketidak puasan terhadap model biomedis. Model ini dikembangkan oleh Helen Flanfers Dunbar sekitar tahun 1930-an.

B.     Konsep Sehat
Konsep sehat adalah konsep yang timbul dari diri kita sendiri secara sadar mengenai berbagai upaya untuk mendapatkan status sehat bagi tubuh kita. Pemahaman konsep sehat ini juga bisa diartikan sebagai keseimbangan, keserasian, keharmonisan antara faktor pikir (akal), jiwa (mental/spiritual), dan raga (fisik, lahiriah). Pada zaman keemasan Yunani, sehat merupakan keadaan standar yang harus dicapai dan dibanggakan.
·         Konsep sehat dapat ditinjau dari berbagai sudut pandang yang berbeda, misalnya:
Konsep sehat dipandang dari sudut fisik secara individu, ialah seseorang dikatakan sehat bila semua organ tubuh dapat berfungsi dalam batas-batas normal sesuai dengan umur dan jenis kelamin.
·         Konsep sehat dipandang dari sudut ekologi, ialah sehat berarti proses penyesuaian antara individu dengan lingkungannya. Proses penyesuaian ini berjalan terus-menerus dan berubah-ubah sesuai dengan perubahan lingkungan yang mengubah keseimbangan ekologi dan untuk mempertahankan kesehatannya orang dituntut untuk menyesuaikan diri dengan lingkungan.
Secara umum ada beberapa definisi dari konsep sehat yang dapat dijadikan sebagai acuan, yaitu: :
·         Konsep sehat yang tercantum dalam pembukaan konstitusi WHO (1948) yang berbunyi sebagai berikut : “Health is atage of complete physical, mental and social wellbeing and not merely the absence of disease or infirmity. (Sehat adalah keadaan seimbang yang sempurna, baik fisik, mental dan sosial, tidak hanya bebas dari penyakit dan kelemahan.)”.
·         Konsep sehat menurut Parson. Sehat adalah kemampuan optimal individu untuk menjalankan peran dan tugasnya secara efektif.
·         Konsep sehat menurut Undang-Undang Kesehatan RI No. 23 Tahun 1992. Sehat adalah keadaan sejahtera tubuh, jiwa, sosial yang memungkinkan setiap orang untuk hidup produktif secara sosial dan ekonomis.
·         Konsep sehat menurut Roy. Sehat adalah suatu kontinum dari meninggal sampai dengan tingkatan tertinggi sehat. Sehat merupakan suatu keadaan dan proses dalam upaya menjadikan dirinya terintegrasi secara keseluruhan, yaitu fisik, mental, dan sosial.
·         Konsep sehat menurut Perkin (1938). Sehat merupakan suatu keadaan seimbang yang dinamis antara bentuk dan fungsi tubuh dengan berbagai faktor yang berusaha memmengaruhinya (Azwar, 1984).
Definisi Sehat terkini, yang dipakai dibeberapa negara maju seperti Kanada, mengutamakan konsep sehat-produktif, sehat adalah sarana atau alat untuk hidup sehari-hari secara produktif.
C.    Perbedaan Kesmen konsep Barat & Timur
Penyembuh atau orang yang berperan mengobati pada system pengobatan barat dibedakan antara dokter dan psikolog. Dokter itu yang bertugas untuk mengobati pasien secara kebutuhan akan fisiologisnya sedangkan psikolog bertugas untuk mengobati klien secara kebutuhan akan psikisnya(joesoef, 1990). Bahkan karena pengaruh pandangan dualism tubuh dan jiwa ini. Hampir – hampir para dokter tidak bersinggungan sama sekali dengan sang psikolog dan mereka bekerja pada bidang yang sama sekali berbeda. Hal ini berbeda pada pengobatan di timur dimana penyembuh biasanya dilakuka oleh tokoh setempat seperti pendeta atau dukun atau imam. Kemudian peranan penyembuh disini bukan menyembuhkan dari segi fisiologis saja, tetapi menyeluruh meliputi mental, moral, dan spiritual.
            Diagnosis       
Gangguan yang sama bisa dilaporkan dengan gejala yang berbeda.depresi, misalnya (matsumoto, 1994)mengutip pendapat leff yang menyatakan bahwa budaya bermacam – macam dalam membedakan dan mengkomunikasikan terminology emosional sehingga mempengaruhi bagaimana mengalami dan mengekspresikan depresi. Marsella menyatakan bahwa depresi itu gejala utamanya mengambil bentuk afektif dalam budaya dalam orientasi objektif yang kuat(budaya yang menekankan pada individualitas). Adapun pada budaya tersebut peasaan kesepian dan terisolasi atas mendominasi akan gambaran simtom. Sedangkan simotom somatic itu seperti sakit kepala akan dominan dalam budaya subjektif (yang memiliki struktur yang lebih bersifat komunal).
Treatment
Pengobatan system barat bertumpu pada pemberian obat (antibiotic)atau pembedahan pada bagian – bagian tubuh yang sakit.
Plaseho
Pengobatan barat memiliki konotasi yang negative(benson dan proctor, 2000)sehingga sering kali dicoba untuk dihilangkan atau diminimalkan pengaruhnya oleh dokter pengobatan barat.
            Rleasi Dokter
            pasien pada system pengobatan barat bercirikan mekanistik,impersonal, dan rediksionistik. Dokter mengambil sikap lebih tahu dari pasien. Superior serta penentu keputusan. Sementara asien mengambil sikap pasif serta diharapkan menuruti apa yang dimaui oleh dokter.hubungan dari pasien dan dokter itu biasanya bersifat dingin, dokter berpusat ada hanya menangani sumber sakitnya saja. Hubungan ini pun tercerminlewat desain bangunan rumah sakit yang menempatkan pasien pada control yang rendah dan diharapkan bersifat pasif(veitch  & arkkelin, 1995).




SUMBER
Chaplin, J.P. (a.b. Kartini Kartono). (2001).  Kamus Lengkap Psikologi. Jakarta: RajawaliPers.
Kholil Rochman Lur. 2010. Kesehatan Mental. Purwokerto : Fajar Media Press.
Schneiders, A. (1964). Personal Adjustment and Mental Health. New York: Rinehart & Winston.
Sutardjo A. Wiramihardja. 2010. Pengantar Psikologi Abnormal. Bandung : Refika Aditama.
Wasty, Soemanto, Drs, MPd. (1998). Psikologi Pendidikan. PT Rineka Cipta. Jakarta.
Yusuf,S. (2004). Psikologi perkembangan anak dan remaja. Bandung : PT Remaja Rosdakarya Offset.