Sabtu, 29 Juni 2013

Pertemuan Ke-4

Pertemuan Ke-4
Tugas Akhir Kesehatan Mental
TULISAN 1
Konsep Sehat
Konsep sehat itu terdiri dari 5 dimensi yaitu fisik, emosi, sosial, spiritual, dan intelektual.
1.    Kesehatan fisik adalah suatu keadaan dimana bentuk fisik dan fungsinya tidak ada gangguan sehingga memungkinkan perkembangan psikologis dan sosial dapat melakukan kegiatan sehari-hari dalam kondisi yang baik atau optimal. Contohnya : bebas dari penyakit.
2.    Kesehatan emosi adalah suatu kondisi dimana seseorang mengalami reaksi tubuh dalam menghadapi situasi tertentu. Contohnya : seseorang yang tidak dapat menahan emosi nya ketika dia mendengar suatu berita tentang diri nya dia tidak dapat menahan diri.
3.     Kesehatan sosial adalah suatu keadaan dimana seseorang dapat berinteraksi dengan orang lain di lingkungan sekitarnya, sehingga mampu untuk hidup bersama dengan masyarakat lingkungannya. Contohnya : seorang tetangga baru bisa dengan mudahn berinteraksi dengan tetangga atau penduduk lama.
4.    Kesehatan spiritual adalah kesehatan yang berkaitan dengan hubungan kita dengan sang pencipta. Contohnya : kita sadar untuk sholat 5 waktu.
5.    Kesehatan intelektual adalah suatu dimana seseorang mampu mengendalikan kecerdasannya untuk berfikir, berfikir baik maupun buruk. Contohnya : seseorang yang dapat berfikir dalam mencari jalan keluar suatu masalah.
Sejarah kesehatan mental
Perkembangan kesehatan mental dipengaruhi oleh dua tokoh, yaitu Dorothea Lynde Dix dan Clifford Whittingham Beers. Kedua tokoh ini banyak mendedikasikan hidupnya dalam bidang pencegahan gangguan mental dan pertolongan bagi orang-orang miskin dan lemah. Dorthea Lynde Dix lahir pada tahun 1802 dan meninggal dunia pada tanggal 17 Juli 1887. Ia adalah seorang guru di Massachussets, yang menaruh perhatian terhadap orang-orang yang mengalami gangguan mental. Sebagian perintis (pioneer), selama 40 tahun Ia berjuang untuk memberikan pertolongan terhadap orang-orang yang mengalami gangguan mental agar dapat diperlakukan secara lebih manusiawi.
Pendekatan Kesehatan Mental
Ada 3 pendekatan dalam kesehatan mental, yaitu:
1.    Orientasi Klasik
Orientasi klasik yang umumnya digunakan dalam kedokteran termasuk psikiatri mengartikan sehat sebagai kondisi tanpa keluhan, baik fisik maupun mental. Pengertian sehat mental dari orientasi klasik kurang memadai untuk digunakan dalam konteks psikologi. Mengatasi kekurangan itu dikembangkan pengertian baru dari kata ‘sehat’.
2.    Orientasi Penyesuaian Diri
Dengan menggunakan orientasi penyesuaian diri, pengertian sehat mental tidak dapat dilepaskan dari konteks lingkungan tempat individu hidup. Oleh karena kaitannya dengan standar norma lingkungan terutama norma sosial dan budaya, kita tidak dapat menentukan sehat atau tidaknya mental seseorang dari kondisi kejiwaannya semata
Berdasarkan orientasi penyesuaian diri, kesehatan mental perlu dipahami sebagai kondisi kepribadian seseorang secara keseluruhan. Penentuan derajat kesehatan mental seseorang bukan hanya berdasarkan jiwanya tetapi juga berkaitan dengan proses pertumbuhan dan perkembangan seseorang dalam lingkungannya.
3.    Orientasi Pengembangan Potensi
Seseorang dikatakan mencapai taraf kesehatan jiwa, bila ia mendapat  kesempatan untuk mengembangkan potensialitasnya menuju kedewasaan, ia bisa dihargai oleh orang lain dan dirinya sendiri. Dalam psiko-terapi (Perawatan Jiwa) ternyata yang menjadi pengendali utama dalam setiap tindakan dan perbuatan seseorang bukanlah akal pikiran semata-mata, akan tetapi yang lebih penting dan kadang-kadang sangat menentukan adalah perasaan.
Sehingga dapat dikatakan bahwa tujuan kesehatan mental adalah mencegah timbulnya gangguan mental dan gangguan emosi, mengurangi atau menyembuhkan penyakit jiwa serta memajukan jiwa. Menjaga hubungan sosial akan dapat mewujudkan tercapainya tujuan masyarakat membawa kepada tercapainya tujuan-tujuan perseorangan sekaligus.

TULISAN 2
TEORI KEPRIBADIAN SEHAT
2.1    Aliran Psikoanalisa
Psikoanalisis merupakan suatu bentuk kepribadian. Teori ini pertama kali diperkenalkan oleh Sigmun Freud (1856-1938). Teori psikologi Freud didasari pada keyakinan bahwa dalam diri manusia terdapat suatu energi psikis yang sangat dinamis. Energi psikis inilah yang mendorong individu untuk bertingkah laku. Menurut psikoanalisis, energi psikis itu berasumsi pada fungsi psikis yang berbeda yaitu: Id, Ego dan Super Ego.
•    Id merupakan bagian palung primitif dalam kepribadian, dan dari sinilah nanti ego dan Super Ego berkembang. Dorongan dalam Id selalu ingin dipuaskan dan menghindari yang tidak menyenangkan.
•    Ego merupakan bagian “eksekutif” dari kepribadian, ia berfungsi secara rasional berdasakan prinsip kenyataan. Berusaha memenuhi kebutuhan Id secara realistis,yaitu dimana Ego berfungsi untuk menyaring dorongan-dorongan yang ingin dipuaskan oleh Id berdasarkan kenyataan.
•    Super Ego merupakan gambaran internalisasi nilai moral masyarakat yang diajarkan orang tua dan lingkungan seseorang. Pada dasarnya Super Ego merupakan hati nurani seseorang dimana berfungsi sebagai penilai apakah sesuatu itu benar atau salah. Karena itu Super Ego berorientasi pada kesempurnaan.
2.2    Aliran Behavioristik
Teori Behaviorisme pertama kali diperkenalkan oleh John B. Watson (1879-1958). Menurut penganut aliran ini perilaku selalu dimulai dengan adanya rangsangan yaitu berupa stimulus dan diikuti oleh suatu reaksi berupa respons terhadap rangsangan itu. Salah satu penganut Watson adalah B.F. Skinner. Aliran ini memandang manusia seperti mesin yang dapat dikendalikan perilakunya lewat suatu pengkondisian. Ini menganggap manusia yang meberikan respon positif yang berasal dari luar. Dalam aliran ini manusia di anggap tidak memiliki sikap diri sendiri.
Aliran behaviorisme mempunyai 3 ciri penting:
1.    Menekankan pada respon-respon yang dikondisikan sebagai elemen dari perilaku
Menekankan pada perilaku yang dipelajari dari pada perilaku yang tidak dipelajari. Behaviorisme menolak kecenderungan pada perilaku yang bersifat bawaan.
Memfokuskan pada perilaku binatang. Menurutnya, tidak ada perbedaan alami antara perilaku manusia dan perilaku binatang. Kita dapat belajar banyak tentang perilaku kita sendiri dari studi tentang apa yang dilakukan binatang.
2.3    Aliran Humanistik
Kepribadian yang sehat menurut Behavioristik:
1. Memberikan respon terhadap faktor dari luar seperti orang lain dan lingkungannya
2. Bersifat sistematis dan bertindak dengan dipengaruhi oleh pengalaman
3. Sangat dipengaruhi oleh faktor eksternal, karena manusia tidak memiliki sikap dengan bawaan sendiri
4.Menekankan pada tingkah laku yang dapat diamati dan menggunakan metode yang obyektif




TULISAN 3
PENYESUAIAN DIRI DAN PERTUMBUHAN PERSONAL
3.1    Penyesuaian Diri
Penyesuaian diri dikenal dengan istilah adjustment atau personal adjustment. Schneiders berpendapat bahwa penyesuaian diri dapat ditinjau dari tiga sudut pandang, yaitu: penyesuaian diri sebagai adaptasi (adaptation), penyesuaian diri sebagai bentuk konformitas (conformity), dan penyesuaian diri sebagai usaha penguasaan (mastery).
3.2    Pertumbuhan Personal
Manusia  merupakan makhluk individu. Manusia disebut sebagai individu apabila tingkah lakunya spesifik atau menggambarkan dirinya sendiri dan bukan bertingkah laku secara umum atau seperti orang lain.
Setiap individu pasti akan mengalami pembentukan karakter atau kepribadian. Dan hal tersebut membutuhkan proses yang sangat panjang dan banyak faktor-faktor yang mempengaruhi pembentukan kepribadiannya tersebut dan keluarga adalah faktor utama yang akan sangat mempengaruhi pembentukan kepribadian. Hal ini disebabkan karena keluarga adalah kerabat yang paling dekat dan kita lebih sering bersama dengan keluarga. Faktor-faktor yang mempengaruhi perkembangan dan pertumbuhan individu adalah faktor genetik dan faktor eksternal / lingkungan.

TULISAN 4
STRES
4.1    Arti Penting Stres
4.1.1    Pengertian Stres
Stress adalah bentuk ketegangan dari fisik, psikis, emosi maupun mental. Bentuk ketegangan ini mempengaruhi kinerja keseharian seseorang. Bahkan stress dapat membuat produktivitas menurun, rasa sakit dan gangguan-gangguan mental.
4.1.2    Efek-efek Stres
Akibat yang ditimbulkan oleh stres:
•    Sakit kepala
•    Obesitas
•    Kerusakan gigi dan ketegangan di rahang
-               Berkurangnya gairah seksual
•    Stroke, hipertensi, diabetes
•    Ketegangan otot
•    Sakit saluran pencernaan, sakit perut, diare.
4.1.3    General Adaptation Syndrom
Menurut Hans Selye membagi stress membagi stress dalam 3 tingkatan:
a. Eustress
b. Disstres
c. Optimal Stress atau Neustress
4.1.4    Penyebab Stres (Faktor Individual & Sosial)
Group stressors, kurangnya dukungan sosial, serta adanya konflik intraindividu, interpersonal, dan intergrup. Individual stressors, terdiri dari konflik dan ketidakjelasan peran, serta daya tahan psikologis.
4.2    Tipe Stres Psikologis
a. Tekanan: Tekanan bisa timbul dari dalam dan luar diri kita, terkadang tekanan lebih sering timbul dari luar diri yaitu lingkungan.
b. Frustasi: Fustasi timbul karena merasa gagal dan tidak dapat mencapai suatu yang diinginkan.
c. Konflik: Konflik adalah suatu proses sosial antara dua orang atau dimana salah satu pihak berusaha menyingkirkan pihak lain dengan menghancurkannya atau membuatnya tidak berdaya.
d. Kecemasan: Ditandai dengan kekhawatiran, kurang percaya diri, kegelisahan yang dapat mengganggu kinerja fisiologis tubuh.
4.3    Symptom – Reducing Respon Terhadap Stres
4.3.1    Mekanisme Pertahanan Diri
a. Represi
b. Regresi
c. Proyeksi
d. Sublimasi
e. Pembentukan reaksi
f.  Displacement
g. Fiksasi
h. Rasionalisasi
4.3.2    Strategi Coping untuk Stres
Strategi coping dapat diartikan sebuah cara atau perilaku individu untuk menyelesaikan suatu permasalahan. Macam coping menurut Santrock (1996):
a. strategi pendekatan (approach strategy)
b. strategi menghindar (avoidance strategy)
Bentuk-bentuk strategi coping yaitu :
a. Problem focused coping-PFC yaitu strategi kognitif yang digunakan individu dalam rangka menangani masalahnya.
b. Emotion focused coping-EFC yaitu strategi penanganan stress dimana individu  memberikan respon terhadap situasi stress dengan cara emosional.
4.4    Pendekatan Problem Solving Terhadap Stres
Cara untuk mengatasi stres, diantaranya adalah:
•    Belajar mengatakan “tidak”.
•    Hindari orang-orang yang membuat anda stres.
•    Kendalikan lingkungan.
•    Menganalisis jadwal.
•    Ekspresikan perasaan anda.
•    Dukungan dari orang terdekat.

TULISAN 5
Hubungan Interpersonal
Hubungan interpersonal adalah hubungan antara individu satu dengan individu lain yang melandasi komunikasi interpersonal yang dilakukan. Hubungan interpersonal adalah dimana ketika kita berkomunikasi, kita bukan sekedar menyampaikan isi pesan, tetapi juga menentukan kadar hubungan interpersonalnya.
Manusia merupakan makhluk sosial, karena itu kehidupan manusia selalu ditandai dengan pergaulan antar manusia.
Model-model Hubungan Interpersonal

Model-model Hubungan Interpersonal:
1.     Model Pertukaran Sosial
          Thibault dan Kelley, dua orang pemuka uatama dari model ini, menyimpulkan model pertukaran sosial sebagai berikut, “asumsim dasar yang mendasari seluruh analisis kami adalah bahwa setiap individu secara sukarela memasuki dan tinggal dalam hubungan sosial hanya selama hubungan tersebut cukup memuaskan ditinjau dari segi ganjaran dan biaya.
2.     Hubungan Peran
Hubungan interpersonal berkembang baik bila setiap individu bertindak sesuai dengan ekspedisi peranan dan tuntutan peranan, memiliki keterampilan peranan, dan terhindari dari konflik peranan dan kerancuan peranan. Ekspektasi peranan mengacu pada kewajiban, tugas, dan hal yang berkaitan dengan posisi tertentu dalam kelompok.

TULISAN 6
Cinta dan Perkawinan
A.    Deskripsi cinta dan perkawinan
Cinta adalah sebuah emosi dari kasih sayang yang kuat dan ketertarikan pribadi. Perkawinan adalah salah satu bentuk ibadah yang kesuciannya perlu dijaga oleh kedua belah pihak baik suami maupun istri. Perkawinan bertujuan untuk membentuk keluarga yang bahagia sejahtera dan kekal selamanya.
B.    Bagaimana memilih pasangan?
Beranikah kita menyerahkan pilihan kita kepada orang yang lebih tahu luar dan dalam serta pengalaman hidup yang cukup ? berusaha menjadikan kita pantas mendapatkan pasangan yang memang cocok dengan pengertian orang baik akan bertemu orang baik itu cocok dan yang jelek hatinya akan bertemu dengan yang jelek juga. Serahkan kepada tuhan dan berusaha taat dan memantaskan diri sendiri. Menjadi orang yang dekat kepada tuhan akan menjadikan diri kita beruntung.
C.    Seluk beluk Hubungan dalam Perkawinan
Pendapat Dawn J. Lipthrott, LCSW, seorang psikoterapis dan juga marriage and relationship educator and coach, dia mengatakan bahwa ada lima tahap perkembangan dalam kehidupan perkawinan
Tahap pertama : Romantic Love.
Tahap kedua : Dissapointment or Distress.
Tahap ketiga : Knowledge and Awareness.
Tahap keempat: Transformation.
Tahap kelima:  Real Love.
D.    Penyesuaian dan Pertumbuhan dalam Perkawinan
Hirning dan Hirning (1956) mengatakan bahwa penyesuaian perkawinan  itu lebih kompleks dibandingkan yang terlihat. Dua orang memasuki perkawinan  harus menyesuaikan satu sama lain dengan tingkatan yang berbeda-beda. Untuk  tingkat organismik mereka harus menyesuaikan diri dengan sensori, motor,  emosional dan kapasitas intelektual dan kebutuhan.
E.    Perceraian dan Pernikahan Kembali
             Pernikahan bukanlah akhir kisah indah bak dongeng cinderella, namun dalam perjalanannya, pernikahan justru banyak menemui masalah. Menikah Kembali setelah perceraian mungkin menjadi keputusan yang membingungkan untuk diambil. Karena orang akan mencoba untuk menghindari semua kesalahan yang terjadi dalam perkawinan sebelumnya dan mereka tidak yakin mereka bisa memperbaiki masalah yang dialami. Mereka biasanya kurang percaya dalam diri mereka untuk memimpin pernikahan yang berhasil karena kegagalan lama menghantui mereka dan membuat mereka ragu-ragu untuk mengambil keputusan.
F.    Single Life
             Ada banyak alasan untuk tetap melajang. Perkembangan jaman, perubahan gaya hidup, kesibukan pekerjaan yang menyita waktu, belum bertemu dengan pujaan hati yang cocok, biaya hidup yang tinggi, perceraian yang kian marak, dan berbagai alasan lainnya membuat seorang memilih untuk tetap hidup melajang. Batasan usia untuk menikah kini semakin bergeser, apalagi tingkat pendidikan dan kesibukan meniti karir juga ikut berperan dalam memperpanjang batasan usia seorang untuk menikah. Keputusan untuk melajang bukan lagi terpaksa, tetapi merupakan sebuah pilihan. Itulah sebabnya, banyak pria dan perempuan yang memilih untuk tetap hidup melajang.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar