Minggu, 01 Desember 2013

Psikologi Lintas Budaya


Persamaan dan perbedaan Enkulturasi dan Sosialisasi.

Menurut J.W.M. Bakker dalam buku filsafat kebudayaan, enkulturasi adalahlatihan yang membuat seseorang individu dapat mengintegrasikan dirinya atau terpada ke dalam kebudayaan sezaman dan setempat.
Menurut Dr. Nur Syam dalam buku islam pesisir, enkulturasi proses belajar budaya atau proses pewarisan budaya.
Menurut Yusri Heni dalam buku improving our safety culture, enkulturasi adalah suatu proses panjang dimana seorang individu melaksanakan semua norma, aturan dan nilai-nilai yang diyakini baik dalam kehidupan bermasyarakat dan menjadi kebiasaan bersama budaya yang dianut.
Sementara sosialisasi menurut Kun Maryati dan Juju Suryawati dalam buku sosiologi adalah sebuah proses penanaman atau transfer kebiasaan atau nilai dan aturan dari sati generasi ke generasi lain nya dalam sebuah kelompok atau masyarakat.
Menurut Peter L. Berger dalam buku sosiologi, sosialisasi adalah proses belajar seorang anak untuk menjadi anggota yang dapat berpartisipasi di dalam masyarakat.
Menurut David Gaslin dalam buku sosiologi, sosialisasi adalah proses belajar yang dialami seseorang untuk memperoleh pengetahuan tentang nilai dan norma-normma agar ia dapat berpartisipasi sebagai anggota kelompok.
Enkulturasi dan Sosialisasi, proses dimana kita belajar dan menginternalisasi aturan dan pola perilaku yang dipengaruhi oleh budaya Sosialisasi. Contoh, proses enkulturasi dimana anak-anak muda belajar dan mengadopsi cara-cara dan perilaku budaya mereka.
a.       Kesamaan dan perbedaan masa remaja
Mendominasi pada pemikiran tentang kepribadian di budaya barat contohnya amerika serikat misalnya aktualisasi diri, kesadaran diri, konsep diri, keyakinan diri, penguatan diri, kritik diri, mementingkan diri sendiri, meragukan diri sendiri (Lonner, 1988). Sedangkan perbedaannya yaitu dalam budaya bukan barata seperti Negara timur china, jepang dan inidia. Bersifat kolektivistik ketimbang individualistik (Triandis, 1985, 1994). Individualistik adalah orientasi individu atau diri yang mencakup pemisahan diri dari orang lain sedangkan koletivistik menunjuk pada orientasi kelompok yang mencakup hubungan diri dari orang lain. Orientasi individualistik versus kolektivistik ditemukan sebagai dimensi dasar dari budaya alamiah (Hoftsede, 1980).
Contoh: Di Jepang sekolah menekankan orientasi kelompok dan keterhubungan dengan orang lain, ketimbang individualisme.

b.      Konteks sosial dan masayarakat
Budaya pun perlu melalui konteks sosial dan masyarakat, karena melewati konteks  itulah budaya berkembang.
Contohnya: Orang Padang menjelaskan budaya ke orang Jawa dan orang Jawa itupun memberikan informasi didaerah Jawa kepada orang Padang. Maka terkenal budaya di wilayah Jawa.

c.       Persamaan & perbedaan antar budaya dalam hal tranmisi budaya dalam hal individualisme dan kolektifisme
Persamaan       : Sama-sama mentransmisikan budaya
Perbedaan       : Individualisme mementingkan kehendak pribadi.
Kolektifisme adalah suatu lingkungan sosial tidak fleksibel yang membedakan antara in-group dan out-group. Orang memperhatikan kepada in-group mereka (rekan, golongan, organisasi) dan menjaga mereka.

d.      Persamaan & perbedaan antar budaya dalam hal tranmisi budaya dalam hal kognisi sosial
Perbedaan       :   Sama-sama mentransmisikan budaya
Perbedaan       : Kognisi sosial adalah tata cara di mana kita menginterpretasi, menganalisa, mengingat, dan menggunakan informasi tentang dunia sosial. Kognisi sosial dapat terjadi secara otomatis.
Contonya        : Saat kita melihat seseorang dari suatu ras tertentu ,misalnya Batak kita seringkali secara otomatis langsung berasumsi bahwa orang tersebut memiliki ciri atau sifat tertentu. Kapasitas kognitif kita juga terbatas. Selain itu, terdapat suatu hubungan antara kognisi dan afeksi (bagaimana kita berpikir dan bagaimana kita merasa).
DAFTAR PUSTAKA
Bakker, J.W.M. (1984). Filsafat kebudayaan, subuah pengantar. Yogyakarta: Kanusius.
Heni, Yusri. (2011). Improving our safety culture. Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama.
Matsumoto, David. (1994) Pengantar psikologi lintas budaya. Cet 1. (terjemahan Anindito). Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
Maryati, Kun., Suryawati, Juju. (2001). Sosiologi. Jakarta: Erlangga.
Syam, Dr. Nur. (2005). Islam pesisir. Yogyakarta: LKiS Yogyakarta.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar